Keikhlasan Hati
Cerpen: Lubaitul Humaidah
Gemuruh
suara halilintar menemaniku dalam kesendirian, berdialog dengan kesunyian yang
senantiasa menghampiri. Butiran air itu membasahi pipiku, mengenang semua yang
telah terjadi antara aku dan dia.
Cinta
itu memang indah tapi juga sangat menyiksa. Ketika rindu itu datang, dia begitu
menyesakkan. Ah? terkadang aku lelah merasakamya. Ketika setiap kali aku
mencintai, aku selalu terluka.
Faris.
Sosok lelaki yang dulu pernah mengisi hari-hariku selama dua tahun. Penampilan
dan gaya
hidupnya yang sederhana, wajahnya yang teduh dan matanya yang indah membuatku
semakin jatuh hati. Namun, ternyata semua yang dia miliki tak menjamin
kebahagiaan untukku.
Cinta
ini tak lagi mengarahkanku pada jalan hidup yang apa adanya. Aku mulai berjalan
jauh dari garis ketentuan. Aku terlalu menyayanginya. Bisa dibilang, aku
merasakan yang namanya cinta buta. Pengorbanan yang aku berikan tak mampu
membuatnya luluh dan tersadar bahwasanya aku terluka karenanya.
Aku
hanyalah wanita biasa, sama seperti wanita lainnya yang juga ingin merasakan
perhatian dan kasih sayang orang yang dicintai. Ketika aku rapuh, aku butuh
penopang dan sandaran untuk berjalan. Dia tak ada di sisiku.
Aku
terlalu diam dan menerima semua perlakuannya, tanpa dia tahu hatiku terluka dan
sakit. Di tengah malam ini, aku hanya bisa duduk tepekur menatap langit-langit
kamar seraya menghitung waktu, detik, menit, jam yang sudah aku lalui
bersamanya. Di tengah hingar-bingar keramaian malam ini, aku tetap merasakan
kesunyian, sepi... hening?
Faris,
lelaki yang kusayangi, lelaki yang kucintai dengan hatiku? justru
menyia-nyiakanku. Dia mencintai gadis lain. Gadis yang didambakannya sejak
duduk dibangku SMA dulu. Gadis yang anggun, cantik dan menawan. Jauh berbeda
denganku. Tak sengaja, aku tahu ini dari buku hariannya, buku yang selalu dia
rahasiakan dariku. Selama ini, dia hanya menganggapku tak lebih dari seorang
sahabat dekat.
Aku
memang memiliki dirinya, tapi tidak dengan hatinya. Tak ada ruang untukku. Aku
bingung dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku mencoba bertanya padanya,
tapi tak ada jawaban. Diam membisu.
Sungguh,
aku begitu lelah dengan semuanya. Sekuat tenaga, aku mencoba memperbaiki diriku
untuknya, menjadi seperti apa yang dia minta. Tapi, seketika itu, aku merasa
semua yang aku lakukan dan berikan sia-sia. Tak berarti untuknya. Aku
sungguh-sungguh mencintainya. Namun, memang tak selamanya cinta harus memiliki.
Terakhir
kali, aku memintanya untuk menemuiku di rumah malam ini. Aku menatap wajahnya,
teduh seolah tak ada beban yang menghinggapi hati. Bebas lepas. Dia begitu
pandai menyembunyikan kegelisahan hati. Aku semakin tak mampu berkata-kata di
hadapannya. Air mataku pun jatuh?Akhirnya kulafalkan kata demi kata yang menyesakkan
nafasku?
AKU
IKHLAS MELEPASMU?demi kamu, demi kebahagiaanmu, dan demi gadis itu. Dia
terkejut bukan main, tak menyangka aku telah mengetahui semuanya. Dia tertunduk
dan mengucapkan satu kata terakhir untukku? MAAF?
Di
tengah malam ini... aku berdoa, semoga dia bahagia dengan jalan kehidupan yang
dia pilih dan menyayangi gadis itu dengan hati dan ketulusannya, bukan dengan
keegoisan perasaannya. ***


22.45
movingphone lampung
0 komentar:
Posting Komentar